Pesisir Selatan | Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Pesisir Selatan menyatakan keprihatinan mendalam atas kondisi pendidikan di daerah tersebut yang dinilai mengalami kemunduran serius. Berbagai kasus yang muncul belakangan ini dianggap sebagai bukti nyata rapuhnya sistem pendidikan dan melemahnya fungsi pengawasan dari lembaga terkait.
Sejumlah peristiwa memalukan dalam dunia pendidikan menjadi sorotan publik, mulai dari kasus kekerasan seksual yang terjadi bertahun-tahun, siswi yang melahirkan di dalam kelas, insiden pengeroyokan antarsiswa yang viral, hingga konten tidak pantas yang melibatkan oknum guru. Semua rangkaian kejadian ini menimbulkan kekhawatiran besar terhadap keselamatan dan masa depan generasi muda Pesisir Selatan.
Ketua Umum SEMMI Pesisir Selatan, Palma Frandiski, menegaskan bahwa rentetan kejadian tersebut bukanlah insiden tunggal, tetapi tanda runtuhnya sistem pengawasan dan lemahnya manajemen pendidikan. Menurutnya, kondisi yang terjadi saat ini merupakan bentuk kegagalan struktural yang tidak dapat dibiarkan terus berlanjut.
Palma menilai manajemen sekolah tidak mampu menjalankan fungsi pembinaan dengan optimal, sementara pengawasan dari Dinas Pendidikan Pesisir Selatan dinilai jauh dari ekspektasi. Ia menyebut bahwa lembaga yang seharusnya menjadi pengawal mutu pendidikan justru menunjukkan kelalaian yang berpotensi merugikan generasi muda.
Dalam wawancaranya, Palma menegaskan bahwa SEMMI Pesisir Selatan menuntut adanya langkah tegas dari Dinas Pendidikan untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan memperkuat sistem pengawasan di seluruh jenjang pendidikan. Ia menambahkan bahwa organisasi mahasiswa siap melakukan kontrol sosial terbuka sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap masa depan daerah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal SEMMI Pesisir Selatan, Jelli Sahri Rahma Daniati, menilai bahwa merosotnya akhlak sebagian oknum guru menjadi salah satu akar persoalan utama. Menurutnya, ketika guru tidak menunjukkan keteladanan moral, maka proses pendidikan kehilangan arah dan suasana sekolah menjadi rentan terhadap berbagai pelanggaran.
Jelli menegaskan bahwa Dinas Pendidikan belum menjalankan pembinaan etika secara optimal. Pengawasan dianggap lemah, dan pelanggaran yang seharusnya ditindak tegas justru dibiarkan tanpa proses penegakan kode etik yang memadai. Ia menekankan pentingnya memperkuat pembinaan moral dan memastikan keteladanan guru tetap menjadi prioritas utama.
Bendahara Umum SEMMI Pesisir Selatan, Satria Perdana, turut memperkuat pernyataan kedua pimpinan organisasi tersebut. Ia menyebut bahwa berbagai kejadian yang terjadi bukan sekadar peringatan, melainkan “laporan merah” bagi seluruh pemangku kebijakan. Menurutnya, dunia pendidikan Pesisir Selatan sedang berada di titik kritis dan membutuhkan langkah cepat serta kebijakan yang jelas.
Satria menilai bahwa masyarakat berhak menuntut kualitas pendidikan yang lebih baik, terutama karena pendidikan berkaitan langsung dengan masa depan generasi daerah. Ia menegaskan bahwa pembiaran terhadap penyimpangan, kekerasan, dan pelanggaran moral tidak bisa lagi ditoleransi dalam sistem pendidikan.
Dalam sikap tegasnya, Satria mengumumkan tiga langkah yang akan ditempuh SEMMI Pesisir Selatan apabila dalam waktu dekat tidak ada perubahan signifikan. Langkah tersebut meliputi konsolidasi besar-besaran mahasiswa dan pemuda, pengawalan isu ini hingga menjadi perhatian publik dan media, serta mendesak evaluasi jabatan terhadap pihak-pihak yang dinilai lalai menjalankan tanggung jawab.
Palma Frandiski kembali menegaskan bahwa perjuangan SEMMI Pesisir Selatan bukan sekadar kritik, tetapi bentuk kepedulian terhadap masa depan pendidikan daerah. Ia mengingatkan bahwa tugas pemerintah adalah memastikan sekolah menjadi ruang aman dan mendidik, bukan tempat terjadinya kekerasan dan penyimpangan moral.
Menurut Palma, masa depan generasi muda tidak boleh dikorbankan oleh kelalaian birokrasi, pembiaran terhadap pelanggaran, ataupun kompromi terhadap moralitas pendidik. Ia menekankan bahwa SEMMI Pesisir Selatan akan terus mengawal isu ini hingga perubahan nyata terlihat dan sistem pendidikan kembali berada pada jalur yang benar.
Di akhir pernyataannya, SEMMI Pesisir Selatan menegaskan bahwa sikap yang mereka keluarkan saat ini adalah ultimatum, bukan imbauan. Mereka berkomitmen untuk memastikan bahwa pendidikan di Pesisir Selatan kembali bermartabat, aman, dan mampu mencetak generasi yang berkualitas.
TIM

0 Komentar