SOLOK | Nilai falsafah adat bersandi syarak, syarak bersandi Kitabullah kembali bergema di Nagari Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Kamis malam 27 November 2025. Meski langit gelap dan hujan turun perlahan mengiringi guruh, semangat masyarakat dalam pelestarian budaya adat Minangkabau tidak surut sedikit pun ketika acara Batamek Kaji Pidato Adat serta Melewakan Pengurus LK​AAM Kecamatan Kubung digelar di halaman kantor wali nagari.

Sejak awal kegiatan, masyarakat bersama para ninik mamak dan pemangku adat dari berbagai suku telah memenuhi lokasi acara. Irama pidato adat yang saling berbalasan menggema penuh wibawa, menghadirkan suasana yang mengharukan sekaligus membanggakan. Ekspresi wajah para ninik mamak tampak serius, saling menimbang kata, dan menunggu giliran memegang tongkat pidato adat, sebuah tradisi istimewa yang sarat makna dan nilai.
Acara yang digelar itu bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan ikhtiar besar untuk menjaga tradisi Minang agar terus diwariskan kepada generasi muda. Antusias masyarakat menjadi bukti nyata bahwa adat Minangkabau masih memiliki tempat terhormat sebagai pedoman kehidupan sosial di tengah arus modernisasi yang semakin cepat.

Wali Nagari Tanjung Bingkung, Mardanus, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kedatangan LK​AAM Sumbar dan LK​AAM Kabupaten Solok, unsur ninik mamak, bundo kanduang, cadiak pandai, serta seluruh tamu undangan yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan adat tersebut. Ia berharap momentum puncak adat malam itu dapat menjadi ruang pendidikan budaya bagi anak kemenakan sebagai pewaris adat di masa mendatang.

Menurut Mardanus, pelestarian adat bukan hanya tanggung jawab orang tua ataupun pemangku adat saja, tetapi juga kewajiban seluruh masyarakat nagari. Ia menegaskan bahwa generasi muda harus dibimbing dengan contoh, bukan sekadar kata, agar adat istiadat Minangkabau tetap menjadi identitas dan kebanggaan bangsa di ranah dan di rantau.

Ketua KAN Tanjung Bingkung, Wen Datuak Rajo Api, dalam pidatonya menerangkan bahwa belajar pidato adat memiliki manfaat besar, bukan hanya dalam pelestarian budaya, tetapi juga untuk pembentukan karakter. Dengan mempelajari pidato adat, seseorang akan memahami pesan moral, sopan santun, filosofi, dan etika hidup bermasyarakat yang terkandung di dalam bahasa kiasan Minangkabau.

Ia menegaskan bahwa pidato adat sekaligus melatih kemampuan berbicara di depan umum dengan penuh wibawa, kepemimpinan, kemampuan berpikir terstruktur, serta kecerdasan menangkap makna lisan. Itulah sebabnya tradisi pidato adat perlu dilestarikan di setiap nagari agar generasi penerus tidak kehilangan akar kulturalnya.

Ketua LK​AAM Kabupaten Solok, H. Gusmal Datuak Rajo Lelo, ketika dimintai keterangan mengenai manfaat pidato adat bagi generasi muda, menyampaikan bahwa tradisi ini adalah media pewarisan nilai budaya yang paling utuh. Menurutnya, belajar pidato adat dapat memperkuat identitas diri, meningkatkan rasa bangga terhadap warisan leluhur, dan menjadi benteng karakter di tengah perubahan zaman.

Lebih jauh Gusmal menjelaskan bahwa pidato adat merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang paling berharga dalam budaya Minangkabau. Ia menyebut contoh tradisi Malewakan Gala, baik Malewakan Gala Marapulai maupun Malewakan Gala Panghulu, yang dikenal sebagai pidato adat panjang dan kompleks dengan struktur kalimat bertingkat, pantun, hingga bahasa kiasan yang penuh filosofi kehidupan.

Menurut Gusmal, memahami pidato adat berarti memahami sejarah, etika, dan pandangan hidup Minangkabau. Karena itu, ia menegaskan bahwa LK​AAM akan terus mendorong setiap nagari menggelar kegiatan serupa sebagai upaya pelembagaan adat bagi anak kemenakan agar budaya tidak hanya tersimpan di buku, tetapi tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Puncak acara menjadi semakin meriah ketika berbagai atraksi seni budaya turut ditampilkan, seperti tari piring dan randai Minangkabau oleh Sanggar Puti Indo Jati. Sorak kagum masyarakat menjadi tanda bahwa budaya Minang masih memiliki ruang kuat di hati generasi yang menyaksikannya.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemasangan deta Batamek Kaji Pidato Adat oleh Ketua KAN Tanjung Bingkung Wen Datuak Rajo Api, serta pengukuhan Pengurus LK​AAM Kecamatan Kubung oleh Ketua LK​AAM Kabupaten Solok, H. Gusmal Datuak Rajo Lelo. Prosesi sakral itu menjadi penanda lahirnya formasi baru pengurus adat yang siap mengemban amanah sosial masyarakat.

Dengan selesainya seluruh rangkaian prosesi, masyarakat berharap kegiatan pelestarian budaya adat seperti ini terus menjadi agenda tahunan Nagari Tanjung Bingkung. Tradisi yang dirawat dengan baik dipercaya akan menjadi cahaya yang menerangi jalan generasi Minangkabau di masa depan.


Catatan Redaksi: Pelestarian budaya adalah fondasi ketahanan identitas Minangkabau. Tradisi tidak hanya dijaga dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan kolektif di nagari agar adat tetap hidup dan berkembang bersama zaman.

Bust